Copyright © LIA's File
Design by Dzignine
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS.An-Nazi’at:37-41)“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS.Al-Qoshosh:60)
Selasa, 22 November 2011

pintu pintu masuk setan

1. marah dan syahwat
2. iri dan tamak
3. kekenyangan
4. tergesa-gesa
5. bakhil dan takut fakir
6. fanatik terhadap suatu madzhab
7. iri dan dengki terhadap musuh dan memandang mereka diri rendah dan hina
8. prasangka buruk terhadap kaum muslimin

orang mukmin menuntut maaf, sedangkan orang munafik menuntut cela. Obat hati yang terjangkit penyakit-penyakit tersebut ialah menutup jalan-jalan masuk ini, yaitu dengan membersihkan hati dari sifat-sifat tercela.  Jika pokok-pokok sifat terceka yang menjadi pintu masuk setan ini debersihkan dari hati, setan tak lagi bisa menggoda. Setelah itu zikir kepada Allah baru akan bisa menghalaunya. Sebab hakikat zikir tidak akan bisa hadir di dalam hati, kecuali setelah hati dimakmurkan dengan takwa dan disucikan dari sifat-sifat tercela.

Kalau tidak demikian, zikir hanyalah celotehan untuk jiwa dan tidak bisa menguasai hati. Akibatnya, ia tidak bisa mengusir kekuasaan setan. Dalam Al-A'raf : 201 Allah berfirman : "Allah, naka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya".Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada".
Selasa, 08 November 2011

cinta yang Halal

Cinta..adalah satu kata yang mengandung beribu makna indah di dalamnya. Mereka yang tidak mengerti makna sebenarnya bisa memahaminya dengan berbagai sikap dan tindakan. Ketika seorang pria menyatakan cinta pada seorang wanita, maka wanita teresbut akan langsung terbang ke langit yang ke tujuh, apalagi yang menyatakan cinta itu adalah orang yang memang ia sukai, tanpa berpikir lama pasti dia akan langsung menerima cinta si pria. Tapi, bukan cinta yang seperti itu yang akan saya ceritakan tapi cerita cinta yang halal.



****
seorang akhwat yang sudah berumur, sebut saja namanya Faatimah. Memang sih dia belum tamat kuliah, tapi dia sudah mempunyai persiapan yang matang untuk menikah. Dia memang tidak pernah pacaran sama sekali, dulu saat SMA dia pernah berpikir, "apa aku jelek yah, kog sampek sekarang aku ga pernah ada cowok yang suka sama aku yahh..??,, itulah pemikiran Fatimah saat SMA dulu, tapi sekarang pemikiran Fatimah berubah setelah masuk di dunia kampus. Fatimah sangat bersyukur kepada Allah yang telah membimbingnya sampai akhirnya ia dapat hijrah menjadi muslimah sejati.

****
Tapi sekarang ia mempunyai permasalahan dalam gejolak hatinya, yaitu dia hampir terkena "VMJ" atau lebih dikenal dengan virus merah jambu. Dia yang masih dalam lingkup tarbiyah, merasa perasaan ini tidak benar. Karena dia sudah banyak mendapat pengetahuan tentang ini, tapi karena keadaan yang membuat dia tergoda oleh rayuan syeitan. Fatimah juga tahu bahwa syeitan sangat mengetahui letak celah hatinya. Selain itu, keadaan yang memaksa dia harus intens berhubungan dengan partner kerjanya yang ikhwa. Sebenarnya ikhwa ini tidak ada sesuatu yang spesial sih dibanding teman-teman pria nya yang lain, malahan teman banyak teman prianya yang lebih mempunyai nilai plus dibandingkan dengan si "ikhwa" ini. heheh. Cuma 1 nilai tambah dia, yaitu "ikhwa".



****
Ketika Fatimah merasa hatinya sudah terlalu "condong ke kiri", ia selalu mengingat Allah. Dan ketika Fatimah sudah terlalu terbawa oleh keadaan dia lalu istighfar. Dan pernah suatu ketika Fatimah merasa "kegalauan"yang sangat dalam hatinya, dia berdoa kepada Allah untuk dibangunkan dini hari karena dia mau sholat malam, dia mau curhat. Fatimah merasa hanya Allah tempat curhatan yang paling pas. Dan saat itu pun tiba, dia dibangunkan pukul 4 pagi, lalu ia bergegas untuk melakukan sholat malam dan dalam doanya dia memohon untuk buang perasaan ini jika ia memang bukan jodoh hamba, karena hamba hanya ingin mencintai 1 orang yang Engkau takdirkan kepada hamba. Hamba hanya ingin memberikan hati hamba kepada seseorang yang kelak menjadi suami hamba yang mencinyai hamba karena Allah. Hingga keesokan harinya, perasaan nya sudah sangat membaik. Fatimah sangat bersyukur karena Allah selalu memberikan hidayah padanya, Fatimah ingin setiap keputusan yang ia ambil selalu ada Allah di dalamnya, bukan hawa nafsu.

****
Syukur alhamdulillah Fatimah ucapkan kepada Allah yang selalu memberinya petunjuk dalam mengambil keputusan, sehingga dia ga salah jalan. Dan sampai sekarang dia selalu berdoa kepada Allah untuk menjaga hatinya untuk ia berikan kepada dia yang juga menjaga hatinya untuk hamba. Ia pernah membaca suatu artikel yang isinya sepert ini :

Jangan mencari yang baik, tapi jadilah yang baik
Jangan mencari yang sholeh, tapi jadilah akhwat sholehah
Jangan mencari yang solehah, tapi jadilah ikhwan sholeh

Karena walaupun kita mencari tapi diri kita tidak menjadi, Allah tidak akan memberikan
Namun jika kita menjadi, tanpa mencaripun Allah sudah menyiapkan
Insya Allah...

Karena untuk masalah jodoh, Allah akan memberikan sesuai dengan kepribadian & kadar keimanan kita (QS.An-Nur:26) yang bebunyi

" Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)".

Jadi, jangan pernah takut wahai muslimah sejati insyaAllah Allah sedang mempersiapkan jodoh yang terbaik untuk mu, tetap istiqomah di jalan Allah.  
Jumat, 04 November 2011

10 Muwashofat kader

1. Salimul Aqidah (akidah yang bersih)

Hal yang utama yang harus dimiliki seorang kader dakwah adalah akisah yang bersih (salimul aqidah) yaitu akidah yang tidak terkotori dari segala bentuk penghambaan terhadap ciptaan Allah, yang salah satunya adalah syirik. contoh kecil dari syirik adalah percaya pada sesuatu selain Allah misalnya percaya pada paranormal. Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)

Hal selanjutnya yang harus diperbuat semua kader dakwah adalah melakukan ibadah yang benar. Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)

Seorang kader dakwah juga harus memiliki akhlak yang mulia, sehingga dapat menjadi teladan bagi umat muslim yang lainnya. Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi (jasmani yang kuat)

"Allah lebih menyukai umat yang kuat daripada umat yang lemah". oleh karena itu, seorang kader dakwah  harus mempunya jasmani yang kuat agar mampu menjalankan semua aktivitas dakwahnya. Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikr (berpikir yang intelek)

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

6. Mujahadatun Linafsihi (melawan hawa nafsu)

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).Bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)


7. Harishun ‘ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia terutama bagi kamu seorang kader dakwah. dengan kata lain seorang kader dakwah harus pandai mendisiplinkan waktunya agar semua urusannya dapat terlaksana dengan tepat waktu.  Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan:
‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (teratur dalam setiap urusan)

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun ‘alal Kasbi (mandiri)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Naafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Maksudnya disini adalah bahwa ada tidaknya keberadaan seorang muslim tidak berpengaruh nyata pada situasi yang sedang dialakmi seorang muslim lainnya. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.